Rabu, 27 Juli 2022

Kembangkan Teknologi Nol Emisi, Toyota Ajak Mahasiswa Berinovasi

 

JAKARTA— Sebagai salah satu pemain utama di sektor otomotif, Toyota di Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak mengembangkan kendaraan ramah lingkungan. Kali ini Toyota menggandeng mahasiswa Indonesia dalam mendukung netralitas karbon. 

          Dalam forum internasional, Indonesia berkomitmen menargetkan Net-Zero Emission pada 2060. Sinergi serta keterlibatan berbagai sektor dalam kolaborasi Triple Helix, antara pemerintah, akademisi, dan pelaku otomotif menjadi elemen penting mendukung target tersebut melalui aktivitas kehidupan yang lebih hijau. Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono mengatakan, netralitas karbon akan menjadi penggerak utama perubahan di masa depan untuk segala sektor kehidupan. Generasi muda nantinya akan memimpin Indonesia menjadi pemain global. 

          Toyota meyakini mahasiswa sebagai generasi muda dapat disiapkan lebih awal dalam mengambil inisiasi gerakan hijau, demi menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Sebab itu, Institusi pendidikan tinggi memegang peranan strategis dalam mengembangkan, mengkaji, dan menyiapkan generasi muda sebagai sumberdaya manusia (SDM) penerus berdaya saing tinggi. 

          “Melalui aktivitas seminar nasional harapannya dapat menjadi wadah diskusi komprehensif membantu dan mendukung akselerasi Indonesia mencapai target Net-Zero Emission. Hal tersebut tentunya dapat terwujud melalui sinergi bersama antara Institusi Pendidikan, Generasi Muda, dan juga sektor industri khususnya Industri Otomotif nasional,” katanya, dalan webinar bersama civitas akademika Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang (Jawa Tengah), Rabu 25 Mei 2022 seperti dikutip INEWS.ID

          Tampil sebagai pembicara dalam webinar Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Emma Rachmawati, serta Kepala Department Perencanaan Kota dan Wilayah Fakultas Teknis Mesin Wiwandari Handayani. Corporate Affairs External Director PT TMMIN Bob Azam menerangkan aktivitas seminar nasional merupakan rangkaian series peluncuran xEV Center yang telah dilaksanakan pada 19 Mei 2022. 

          xEV Center menampilkan teknologi dan fasilitas display serta unit driving experience model kendaraan elektrifikasi.  Kehadiran xEV Center diharapkan dalam merealisasikan sinergi positif antara universitas dan sektor industri otomotif nasional. Kontribusi strategis para generasi muda sebagai pelopor dalam kegiatan pembelajaran serta penelitian teknologi elektrifikasi, energi hijau dan mobilitas di Indonesia merupakan langkah awal yang baik untuk persiapan ekosistem elektrifikasi di Indonesia. 

          “Kami ingin terus berkontribusi bagi masa depan netralitas karbon Indonesia melalui peningkatan kapabilitas SDM nasional yang sejalan dengan filosofi kami Make People before Making Product. Pengembangan generasi muda saat mengenyam pendidikan tinggi menjadi momen penting bagi universitas di Indonesia agar dapat berperan aktif dalam mempersiapkan serta mengembangkan kemampuan maupun pengetahuan mahasiswa dalam teknologi hijau sehingga siap berkontribusi di industri era elektrifikasi,” kata Bob Azam.

40 Juta Kendaraan Bermotor Tidak Bayar Pajak

 

          Berdasarkan database DASI – Jasa Raharja, sampai Desember 2021 terdapat 40 juta kendaraan bermotor belum melunasi pembayaran pajak. Kendaraan sebanyak itu sekitar 39 persen dari total 103 juta kendaraan bermotor yang tercatat di Kantor Bersama Samsat. Tim Pembina Samsat Nasional pun akan merekonsiliasi data kendaraan bermotor tersebut.

          Direktur Utama Jasa Raharja Rivan A Purwantono mengatakan kondisi itu ironi sebab secara kasat mata kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya semakin padat dan diikuti meningkatnya potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang membahayakan jiwa. “Di sisi lain, negara justru berpotensi kehilangan penerimaan dari sektor pajak kendaraan bermotor yang cukup signifikan,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip TEMPO Kamis 15 Juni 2022.

          Rencana rekonsiliasi dibahas dalam rapat Tim Pembina Samsat Nasional di Jakarta Pusat pada Senin 13 Juni 2022. Rekonsiliasi bertujuan mendapatkan data yang akurat sebab di Kantor Bersama Samsat terdapat tiga instansi, yaitu Polri, Jasa Raharja, dan pemerintah daerah. Data kendaraan bermotor yang lebih terorganisasi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan optimalisasi perlindungan dasar baik bagi para pengguna jalan maupun pemilik kendaraan bermotor oleh pemerintah.

          Tim Pembina Samsat pun sepakat akan memperketat implementasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai penghapusan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor yang tidak melakukan registrasi ulang sekurang-kurangnya dua tahun setelah habis masa berlaku Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). Menurut Rivan A Purwantono penerapan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak kendaraan bermotor. Penerapan kebijakan itu akan dilakukan secara bertahap dan akan diawali dengan sosialisasi.

          Rivan mengungkapkan guna mendorong kebijakan tersebut Kementerian Dalam Negeri merencanakan stimulus kepada masyarakat berupa penghapusan biaya Bea Balik Nama (BBN II) dan penghapusan denda progresif untuk Kepemilikan Kendaraan.

Ekspor Mobil CBU Indonesia

 

Meski masih dibayangi wabah Covid 19, kinerja industri otomotif nasional cukup menjanjikan. Salah satu indikatornya, ekspor mobil buatan Indonesia periode Januari-Juni 2022 naik cukup tinggi, hingga 167 persen. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), ekspor mobil utuh (completely built up, CBU) Indonesia di paro pertama tahun 2022 ini tercatat 393.151 unit, naik dari periode sama 2021 yang cuma 147.203 unit.

Kenaikan ekspor ini salah satunya terjadi karena ada sumbangan merek baru yang mulai mengirim mobil buatan anak dalam negeri ke mancanegara, yaitu Hyundai. PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMID) mulai konsisten mengirimkan Creta sejak Februari hingga Juni 2022, dengan angka 12.552 unit. Sport utility vehicle (SUV) menengah buatan pabrik Cikarang, Bekasi (Jawa Barat) ini berhasil menembus sejumlah negara dan kawasan, seperti Filipina, Vietnam, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Pasifik. 

Sepanjang semester pertama 2022, Toyota masih berkontribusi ekspor terbesar mobil CBU Indonesia ke pasar luar negeri. Meskipun dari segi kapasitas jumlah produksi untuk ekspor Daihatsu yang terbesar, tetapi sebagian besar mobil yang dikirim menggunakan emblem Toyota atau berdasarkan pesanan Toyota Global. 

PT Astra Daihatsu Motor mencatatkan ekspor total 69.168 unit di mana porsi ekspor mobil ini cuma tercatat, 1.098 unit saja. Model yang diekspor adalah Gran Max pikap dan blind van ke Malaysia dan Jepang. Daihatsu juga menerima pesanan rebadge dari Mazda yang memasarkan model sama dengan nama Bongo dalam wujud minibus all wheel drive(AWD) dan pikap, yaitu 1.153 unit. Sementara sisanya 66.917 unit merupakan ekspor mobil CBU Indonesia berlabel Toyota, yaitu Wego, Avanza, Town Ice, Lite Ice, Rush, dan Raize. 

Kemudian ada PT Toyota Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang mencatatkan ekspor 64.642 unit. Fortuner tentu saja jadi adalan utama, selanjutnya Avanza, Innova, Veloz, Sienta, Yaris. dan Vios. Sebagai catatan, kinerja ekspor mobil CBU Indonesia ini bakal berdampak signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia, mengingat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus menguat. (KOMPAS)

 

Data Ekspor Mobil CBU Indonesia Januari-Juni 2022:

1.    Daihatsu – 69.168 unit (17,6 persen)

2.    Toyota – 64.642 unit (16,4 persen)

3.    Suzuki – 24.759 unit (6,3 persen)

4.    Mitsubishi – 20.319 unit (5,2 persen)

5.    Hyundai – 12.552 unit (3,2 persen)

6.    Honda – 2.315 unit (0,6 persen).

 

Sejarah Otomotif Khususnya di Indonesia

 

Beragam fenomena penting nan berharga telah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Namun karena keterbatasan teknologi di setiap zaman, tidak semua fenomena tersebut bisa terekam secara sempurna menggunakan peralatan yang canggih. Beruntungnya, para akademisi dari setiap zaman selalu berusaha mengabadikan beragam fenomena yang mereka saksikan melalui karya-karya historiografi. 

Secara umum, historiografi adalah tulisan sejarah, atau juga bisa diartikan sebagai tahapan terakhir dari suatu penelitian sejarah. Karya historiografi tersebut memiliki bentuk yang beragam, antara lain buku, skripsi, tesis, maupun disertasi. Dan karena setiap penulis memiliki preferensi yang beragam, maka hal ini menghasilkan tema historiografi yang beragam pula. Ada yang secara spesifik membahas tentang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya. 

Namun, salah satu tema historiografi yang cukup menarik ialah tema tentang transportasi. Transportasi menjadi tema menarik karena hal tersebut sangat dekat dengan kehidupan manusia. Di dalam tema historiografi transportasi yang begitu luas, terdapat salah satu sub-tema yang sangat menarik untuk dibahas, yakni otomotif atau kendaraan bermotor. 

Sejatinya, sejarah otomotif khususnya di Indonesia merupakan tema yang menarik untuk dibahas, karena kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor menjadi moda transportasi yang paling populer di Indonesia. Selain itu, jejak sejarah otomotif di negeri ini telah terbentang jauh sejak lebih dari 120 tahun silam, tepatnya pada masa kolonial Belanda. 

Meski begitu, historiografi otomotif di Indonesia nampaknya masih belum begitu popular, tak seperti tema-tema kesejarahan lainnya. Hal tersebut bisa dilihat dari minimnya literatur atau tulisan sejarah yang membahas tentang industri otomotif di Indonesia. Namun, beberapa akademisi telah sukses mengabadikan fenomena dalam dunia otomotif Indonesia dan menghasilkan beberapa literatur berharga seperti yang akan diuraikan berikut ini. 

Salah satu literatur penting seputar sejarah industri otomotif Indonesia yang bisa dikatakan cukup komprehensif ialah buku Kreta Setan, “De Duivelswagen”: Autopioniers van Insulinde. Buku berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh FF Habnit pada tahun 1977 ini menguraikan berbagai fenomena bersejarah seputar dunia otomotif pada masa kolonial Belanda. Salah satu fenomena dalam buku ini yang menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan industri otomotif di Indonesia, yakni pembelian sepeda motor yang dilakukan untuk pertama kalinya di Hindia Belanda oleh John C Potter pada tahun 1893. Ia merupakan seorang berkebangsaan Inggris yang bekerja sebagai masinis di Pabrik Gula Umbul, Probolinggo. 

Pada saat itu, Potter membeli sebuah sepeda motor bermerk Hildebrand und Wolfmüller. Setahun setelahnya (1894), terjadi pula peristiwa dalam dunia otomotif yang tak kalah fenomenal, yakni pembelian mobil yang diklaim menjadi yang pertama di Hindia Belanda oleh Susuhunan Pakubuwono X. Penguasa Keraton Kasunanan Surakarta tersebut membeli sebuah mobil buatan Jerman, yaitu Benz Victoria. Setelah Pakubuwono X membeli mobil, makin banyak kaum elit Belanda dan Pribumi yang turut membeli mobil. Selain itu, buku ini juga menguraikan beberapa fenomena penting lain seputar dunia otomotif di era kolonial, antara lain pembentukan komunitas pemilik mobil di berbagai daerah seperti Soerabajasche Auto Club (nantinya berubah menjadi Java Auto Club), Semarangsche Auto Club, Nederlands Indie Automobiel Club, dan Deli Automobile Club. 

Keberadaan komunitas tersebut secara tak langsung turut berperan dalam perkembangan pariwisata di Hindia Belanda, karena para anggota komunitas mobil tersebut sering berpelesir ke tempat-tempat wisata. Ada pula fenomena berupa kompetisi pemecahan rekor waktu perjalanan Batavia-Surabaya menggunakan mobil atau sepeda motor yang diinisiasi oleh Decnop pada tahun 1912. Tak ketinggalan, buku ini juga menguraikan aktivitas industri otomotif di Hindia Belanda berupa perakitan maupun pengimporan mobil yang dilakukan oleh beberapa perusahaan, seperti General Motors, NV Fuchs en Rens, dan NV Velodrome.

Selain menguraikan berbagai fenomena bersejarah tersebut, buku Kreta Setan juga mencantumkan suatu mekanisme mesin beserta keterangannya. Dan untuk melengkapi segudang informasi yang termuat di dalamnya, buku ini juga menampilkan beberapa foto bersejarah seputar fenomena-fenomena otomotif yang terjadi di Hindia Belanda. Karena informasi dalam buku Kreta Setan tersebut cukup berharga, maka buku ini akhirnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Mobil-mobil Tempo Dulu (1988). 

Buku lain yang tak kalah menarik berkaitan dengan perjalanan sejarah otomotif Indonesia ialah buku Konglomerasi: Negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia 1950-1985. Buku yang diterbitkan pada tahun 1996 tersebut sejatinya merupakan tesis milik Ian Chalmers yang diselesaikan pada tahun 1988, kemudian dibukukan dan dialihbahasakan. Meskipun buku ini cenderung fokus menguraikan melalui pendekatan pada bidang ekonomi-politik, namun topik bahasan di dalamnya juga memiliki unsur kesejarahan yang cukup kuat. Pada buku ini, Chalmers memberikan analisis ekonomi dan industri di sektor otomotif global dan secara khusus menyoroti dinamika yang terjadi dalam industri otomotif Indonesia pada periode 1950 hingga 1985. 

Pada era pasca-kemerdekaan, Chalmers menguraikan fenomena nasionalisme ekonomi yang terjadi dalam sektor perindustrian di Indonesia. Dengan kata lain, semua industri milik asing diakuisisi oleh kaum pribumi. Hal ini berlaku pula pada industri otomotif. Salah satu bentuk nasionalisasi di dunia industri otomotif adalah pendirian PT ISC (Indonesia Service Company) pada tahun 1950 sebagai perusahaan perakit mobil pertama di Indonesia pasca-kemerdekaan. Perusahaan ini dipimpin oleh tokoh-tokoh yang memiliki relasi dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Di kemudian hari, terjadinya nasionalisme ekonomi memunculkan kelompok-kelompok borjuasi lokal di sektor industri otomotif, seperti kelompok Hasjim Ning dan kelompok borjuasi pro-PNI (Partai Nasional Indonesia) yang sama-sama bersaing dalam memegang lisensi impor mobil dan juga sama-sama mengandalkan koneksi politik dalam menjalankan bisnisnya. 

Fenomena lain juga dibahas dalam buku ini, yakni gagalnya ambisi Presiden Sukarno dalam membangun proyek mobil nasional, terjadinya kekacauan dan kemunduran dalam industri otomotif pada pertengahan dasawarsa 1960-an, dan kebangkitan industri otomotif sejak era Orde Baru yang dipicu oleh berbagai kebijakan. Beberapa kebijakan penting yang dibuat adalah adanya kewajiban para manufaktur otomotif asing untuk memiliki agen pemegang merek (APM) serta larangan impor mobil utuh (completely built up, CBU). 

Hal tersebut nyatanya mampu mendorong investasi dan meningkatkan skala produksi kendaraan bermotor di dalam negeri. Selain itu, masih banyak fenomena lain yang dibahas dalam buku ini, utamanya berkaitan dengan pembentukan kebijakan politik yang memberi dinamika di dalam industri otomotif Indonesia. Untuk menunjang informasi di dalamnya, buku ini juga mencantumkan beberapa tabel informasi yang relevan dengan topik bahasan tersebut. 

Dan terakhir, buku seputar sejarah otomotif Indonesia yang cukup lengkap dan menarik ialah buku Sejarah Mobil dan Kisah Kelahiran Mobil di Negeri Ini. Buku hasil karya wartawan James Luluhima yang diterbitkan pada tahun 2012 tersebut bisa dikatakan cukup lengkap karena menyajikan beragam tema seputar dunia otomotif di Indonesia dan dunia dari masa ke masa. Di dalam buku ini, sang penulis menguraikan beragam fenomena otomotif global,  antara lain sejarah terciptanya mobil, munculnya beragam produsen mobil dunia, dan terciptanya jenis mobil jip sebagai kendaraan militer. 

Sementara di lingkup nasional, buku ini berhasil menguraikan beragam fenomena dan dinamika dalam dunia otomotif di Indonesia dari era kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga era modern atau pasca-reformasi. Pada uraian tema di era kolonial, James Luluhima nampaknya banyak memperoleh informasi dari buku Kreta Setan yang memang sangat komprehensif. Sementara untuk uraian tema pada periode yang lain, sang penulis yang menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di media Kompas nampaknya memiliki akses terhadap beragam referensi untuk melengkapi karyanya tersebut. 

Alhasil, beragam fenomena menarik dalam dunia otomotif Indonesia dapat disajikan dalam buku ini, antara lain pembentukan perusahaan-perusahaan otomotif lokal sebagai pengimpor maupun perakit mobil di Indonesia, proses masuknya mobil-mobil Jepang ke Indonesia, kebijakan-kebijakan selama periode Orde Baru di sektor industri otomotif, hingga munculnya proyek Mobil Nasional dalam merek Timor dan Bimantara. Informasi yang disajikan dalam buku ini dilengkapi dengan adanya foto-foto bersejarah maupun ilustrasi gambar dari mobil-mobil yang sedang dibahas. Bahkan, pada bagian akhir dari buku ini juga terdapat kamus istilah otomotif yang dapat membantu para pembaca awam untuk mengerti istilah-istilah otomotif yang cukup rumit. 

Singkat kata, ketersediaan literatur kesejarahan tentang dunia otomotif Indonesia masih belum begitu banyak. Dan nampaknya, masih banyak fenomena di dalam dunia otomotif Indonesia yang bisa digali, mengingat jejak industri otomotif di negeri ini telah berlangsung selama lebih dari 120 tahun. Hal ini tentunya dapat menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para akademisi, khususnya di bidang sejarah yang memiliki minat terhadap dunia otomotif Indonesia.

Kamis, 07 Juli 2022

Mengenal Ikan Predator Channa Maru Asli Indonesia!


 Ikan Channa Maru - Mungkin Anda sudah pernah mendengar ikan jenis Channa Maru? Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan predator hias yang saat ini digemari banyak kalangan penghobi ikan hias dari mulai artis sampai warga biasa.

Apalagi di tengah masa pandemi seperti saat ini, memelihara ikan hias menjadi salah satu cara untuk menjaga imunitas tubuh dengan baik. Pasalnya memelihara ikan bisa memberikan rasa senang sehingga tubuh pun akan terasa lebih kuat dan sehat. Ikan yang termasuk jenis ikan predator ini memiliki ciri khas dengan mata yang merah dan corak sisik berbentuk bunga teratai yang mempesona. 

 Penyebaran Wilayah

Channa Maru ini memiliki daerah penyebaran di Indonesia terutama di beberapa wilayah seperti perairan Sumatera dan Kalimantan. Sehingga karena memiliki wilayah penyebaran yang cukup banyak, hal itu menyebabkan ikan Maru pun memiliki banyak nama sesuai dengan wilayah penyebarannya.

Seperti misalnya ikan Toman Bunga di Melayu, Peyang di Kalimantan dan Jalai di Sumatera. Ikan yang juga memiliki julukan populer yaitu Emperor Snakehead ini juga ada di negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia serta negara Asia Tenggara lainnya.

Habitat Ikan Channa Maru

Ikan Channa ini termasuk ke dalam jenis ikan yang teritorial. Maksudnya adalah jika Anda ingin memeliharanya dalam akuarium, maka lebih baik jika memelihara satu ikan saja di dalamnya. Karena jika dicampurkan dengan jenis ikan lainnya, selain ukuran yang mungkin tak sepadan juga memiliki karakteristik yang tak cocok dengan jenis ikan lainnya.

Karakteristik Ikan Channa Maru

Ikan ini memiliki karakteristik perilaku yang agresif. Namun banyak juga yang menjelaskan bahwa ikan ini lebih cenderung tenang dan damai ketika masih berusia remaja. Ikan ini akan menjadi lebih agresif justru ketika sudah mencapai kematangan seksualnya.

Cara Merawat Ikan Channa Maru

Merawat ikan channa maru tergolong mudah, karena ikan channa adalah ikan yang kuat, tidak seperti ikan koi atau arowana yang membutuhkan penanganan khusus dalam perawatannya.

Kembangkan Teknologi Nol Emisi, Toyota Ajak Mahasiswa Berinovasi

  JAKARTA— Sebagai salah satu pemain utama di sektor otomotif, Toyota di Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak mengembangkan kendara...